Minggu, 30 Desember 2012

Kawah Ijen, wisata di ujung Timur Jawa



Ternyata gak ada tulisannya ya?
masih kosong gini....
Hehe...

Perjalanan ini dilakukan tanggal 23 sampai 26 Desember 2012
Ifa masih 15 tahun, Fira 11 tahun, Damar 8 tahun dan Ima masih 2 tahun 2 bulan

Wah...serunya
Waktu itu itinerary perjalanan baru fix menjelang 2 minggu Hari H
setelah googling sana-sini, muncullah rencana :
- Perkebunan kopi Jampit, nginep di Guest House Jampit, gedung tua peninggalan Belanda
- Ke Kawah Ijen, lihat blue fire yang hanya ada di dua tempat di dunia. Salah satunya di Kawah Ijen itu
- Alas Purwo, salah satu Taman Nasional yang banyak menyimpan daya tarik; binatang-binatang, pantai-pantai - termasuk G-land yang konon katanya salah satu lokasi terbaik surfing di dunia setelah Hawai. Di Alas Prurwo ini juga banyak terdapat petilasan Kerajaan Majapahit

Posting dulu ajalah :)










Minggu, 25 November 2012

Serunya liburan, ke Pangandaran !

Pangandaran...,
Pangandaran lagi,
lagi-lagi Pangandaran !

Buat masyarakat Jawa Barat, siapa sih yang gak kenal Pantai Pangandaran?
Kalaupun belum pernah berkunjung, minimal pernah dengar tentang Pangandaran.
Pantai yang satu ini sangat populer..., dan menjadi destinasi utama bagi yang pertama kali berwisata ke pantai, terutama bagi yang rumahnya jauh dari pantai, seperti saya...he..he..he

Pangandaran memang dekat dengan kota-kota besar sebagai sumber datangnya wisatawan. Bandung, Garut, Tasikmalaya, Bogor bahkan Jakarta & kota- kota di Jawa Tengah dikenal sebagai asal pengunjung yang datang ke Pangandaran.
Kemudahan akses dan banyaknya transportasi, juga menyebabkan pantai ini tidsk pernah sepi dari pengunjung.

Apa sih uniknya Pangandaran?

Bukan cuma pantai, Pangandaran memiliki beberapa daya tarik yang tidak boleh dilewatkan.
Pangandaran memiliki bentang pantai berpasir yang lumayan panjang. Walaupun pasirnya berwarna kecoklatan, bukan pasir putih, tapi pantainya yang landai dan ombaknya yang agak bersahabat untuk main air membuat kita asyik main di pantai seharian. Apalagi kalo gak inget muka kita bakalan gosong...

Ada hutan lindung yg berbatasan dengan pantai yg terletak di ujung semenanjung Pangandaran. Di hutan ini kita bisa lihat rusa, monyet ekor panjang, dan binatang2 lainnya. Ada gua2 alami juga loh, yang harus pake senter kalo mau masuk ke dalamnya (ada penyewaan senter di sekitar lokasi)

Kalo yang hobi snorkeling, ada spot Pasir Putih juga sebagai tempat snorkeling, walaupun kita harus menyewa perahu untuk menuju ke sana

Rusa ini bukan di hutan lindung, tapi dekat tempat parkir bis. Terlihat akrab dengan orang

Kegiatan utama adalah; berenang...









Sabtu, 20 Oktober 2012

Puncak Darajat, Alternatif 'Hot Springs Water' di Garut

Mau berlibur ke Garut?
Tapi sudah sering berkunjung ke Cipanas...?
Saat ini terdapat tempat pemandian air panas alternatif yang sedang populer di Garut, yaitu Kawah Darajat, yang terletak di sebelah Barat Kota Garut.
Garut adalah kota yang dikelilingi pegunungan, diantaranya Gunung Guntur yang merupakan  sumber air panas -hot springs water- sehingga banyak terdapat tempat pemandian atau kolam renang air panas sebagai obyek wisata populer bagi pengunjung dari kota-kota di sekitarnya termasuk Bandung dan Jakarta.

Air panas alami yang bersumber dari sungai-sungai bawah tanah di pegunungan ini memiliki belerang (sulfur) dengan kandungan tinggi, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit ataupun penyakit-penyakit lainnya (yang berhubungan dengan sendi). Sehingga banyak orang yang datang ke air panas ini bukan sekedar berwisata tapi juga sebagai wisata kesehatan.

Untuk mengunjungi Kawah Darajat, dari Kota Garut kita menuju ke Kecamatan Samarang yang juga merupakan arah ke resort terkenal bagi warga ibukota yaitu 'Kampung Sampireun', atau pun 'Mulih Ka Desa' (sebuah hotel yang juga cukup populer). Dari pertigaan di Samarang menuju Kampung Sampireun, ambil arah ke kanan, Kawah Darajat masih sejauh 13 km dari situ.

 Kolam renang anak di Puncak Darajat, dilengkapi fasilitas ember tumpah
Di kawasan Kawah Darajat ini, terdapat 3 tempat pemandian yang cukup besar yaitu Puncak Darajat -sebagai pelopor kolam air panas di tempat ini-, Darajat Pass sebelah kiri jalan sebagai tempat pertama yang akan kita temui begitu kita memasuki kawasan ini, dan Awitt Sinar Darajat, yang terletak sedikit ke bawah arah kanan dari jalan masuk dari Garut. Masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri.

Pemandangan Gunung Cikuray di kejauhan dapat dilihat dari Puncak Darajat

Rabu, 26 September 2012

SHORT GETAWAY from Bandung (part 1)

Pengen liburan? 
Tapi libur panjang masih lama...
Liburan sekolah juga masih jauh

Kita sering merasa dalam kondisi ini; waktu libur terbatas dan rasanya udah sumpek, pusing, penat, jenuh, bosan dengan rutinitas sehari-hari, he..he.. #lebay mode on. 

Perlu dong cari tempat refreshing, yang deket-deket aja...gak perlu jauh-jauh yang bisa dijangkau pada saat weekend

Nah ! Buat yang tinggal di deket-deket Bandung (Jakarta, bisa juga) Berikut ini, beberapa tempat yang bisa didatangi, buat referensi kalo mau cari tempat main (sambil nginep) di Bandung dan sekitarnya :


1. Lembang

Maen kemana kalo ke Lembang?
Vila Istana Bunga
Gracia Spa
Sukawana (PTPN VIII)

2. Ciwidey

Ranca Upas
Ranca Walini
Vila Kidang Pananjung
Cimanggu

3. Pangalengan

Citere
Vila PTPN VIII

4. Garut

Cipanas : Kampung Sumber Alam 
Cipanas : Danau Dariza
Mulih ka desa
Kawah Darajat

Sabtu, 08 September 2012

Travelling bersama si kecil

Memiliki anak yang masih kecil, membuat kita selalu memikirkan kembali rencana untuk bepergian. Terutama pada saat liburan panjang, membuat kita malas bepergian atau enggan memikirkan kerepotan di sepanjang perjalanan. Dari mulai memikirkan baju dan perlengkapan yang harus dibawa -yang pastinya tidak sedikit- sampai makanan, obat-obatan dan hal-hal lain yang membuat si kecil nyaman dan aman sepanjang perjalananan.


Tapi jika dengan alasan-alasan tersebut membuat kita batal bepergian atau menunda perjalanan, dan menunggu hingga anak yang kita bawa sudah agak besar-sungguh sayang sekali bukan? Terutama untuk penggemar travelling seperti saya, he..he.. 







Sabtu, 25 Agustus 2012

Ada terowongan Karang di Pantai Srau Pacitan

Langit biru, ombak berdebur,
pasir putih,  
air laut yang jernih, dan udara yang penuh oksigen...segar! 
Buat yang suka keindahan, pencari inspirasi, adventurer, atau cuma sekedar jalan-jalan; Pantai Srau di Pacitan Jawa Timur adalah salah satu pantai yang tidak boleh terlewatkan untuk dikunjungi.   

Pantai Srau terletak di Dusun Srau Desa Candi Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tepatnya 25 km di sebelah Barat Kota Pacitan. Pantai ini dapat ditempuh baik dari Kota Pacitan dengan menempuh perjalanan selama 1/2 jam, maupun dari Kota Solo dengan melewati kaki Gunung Lawu, menempuh arah menuju Pantai Teleng Ria Pacitan. 


Di pinggir jalan utama menuju Teleng Ria ini, akan terpampang petunjuk jalan menuju Srau, walaupun untuk menuju lokasi masih ada jarak sekitar 15km dari petunjuk tsb.

Rute dari Solo adalah: Solo – Sukoharjo – Ngadirojo – Baturetno – Giriwoyo – Donorojo – Punung – Pringkuku – Desa Candi - Pantai Srau. Perjalanan dengan mobil pribadi akan memakan .waktu sekitar 3,5 - 4 jam dengan melalui jalan pegunungan yang sempit dan berkelok-kelok, namun aspalnya cukup mulus dan banyak pemandangan bagus yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan.



Pantai Srau pada saat ini belum begitu banyak di kenal orang, justru dengan begitu kebersihannya masih sangat terjaga, serta suasananya masih alami. Namun begitu bersama dengan Pantai Klayar dan Watu Karung, pantai-pantai ini mulai dikenal oleh para 'bule' sebagai lokasi surfing.

Pantai Srau terdiri dari 3 bagian pantai, yang dipisahkan oleh bukit-bukit karang. Tarif masuk ke Lokasi, cukup Rp 5000 saja (tahun 2012), itupun sudah termasuk biaya parkir.

Pantai pertama yang tidak jauh dari loket masuk ditandai dengan adanya bukit-bukit karang di tengah laut, maupun di bibir pantai. Ombak di pantai ini lumayan besar, pasir pantainya putih dan air lautnya sangat biru. 


Jumat, 24 Agustus 2012

Pantai Klayar, Tanah Lot-nya Pacitan

Pernah berkunjung atau mendengar tentang Tanah Lot Bali? Orang-orang berdatangan dari berbagai penjuru ke sana, terutama ingin menikmati berfoto pada saat sunset atau matahari terbenam, sehingga terbentuk siluet atau bayangan diri yang indah dilatarbelakangi gugusan karang yang menyembul ke permukaan laut.


Ternyata di Pacitan Jawa Timur, tepatnya di Pantai Klayar, saat sunset - senja hari - berfoto dengan latar belakang tebing-tebing karang menjulang membentuk siluet yang tidak kalah indah dengan Tanah Lot. Bahkan di beberapa sudut di pantai tersebut, siluet yang terbentuk pada saat matahari terbenam sangat menakjubkan bahkan bisa dibilang luar biasa.

Sunset di Pantai Klayar, Pacitan Jawa Timur di bagian pantai sebelah Barat
Terlebih lagi di pantai ini ada satu fenomena geologi yang masih jarang ditemui di pantai-pantai berkarang yang lainnya; yaitu adanya 'seruling laut' yaitu semburan ombak yang muncul dari lubang kecil di karang yang menjorok ke laut sehingga menghasilkan bunyi- mirip suara seruling. Istilah dalam geologinya adalah : efek pompa gelombang yang menghasilkan fenomena geiser (seruling samudera)


Semburan air laut dari bawah karang, menimbulkan suara seperti seruling sehingga dinamakan 'Seruling Laut'
Pantai Klayar, merupakan Pantai Selatan Jawa berjarak 45 km sebelah Barat Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Pantai ini dapat ditempuh dengan berkendara kurang lebih 1 jam dari Kota Pacitan, Jawa Timur atau 3 jam dari Yogyakarta menggunakan kendaraan pribadi. 

Kemampuan mengemudi kita diuji jika membawa kendaraan roda empat ke pantai ini. Sehabis berbelok dari jalan provinsi (antar kota) di Selatan Jawa, jalan beraspal mulus, namun hanya bisa dilewati 1 mobil dan berkelok-kelok sehingga bila berpapasan dengan mobil lainnya harus berhati-hati karena di kiri-kanan jalan kadang-kadang terbentang jurang yang dalam. Namun keindahan pemandangan bukit dan lembah hijau serta disela dengan pemukiman penduduk yang masih tradisional, menghibur kita di sepanjang perjalanan ini.


Karang yang diselimuti rumput laut yang lembut di Pantai Klayar, 
jarang terdapat  di  pantai lain

Sabtu, 14 Juli 2012

Ora Beach, surga pecinta snorkeling

Ora Beach ! Terdengar seperti bukan di Indonesia. Tapi ini asli Indonesia, di Maluku, Utara Pulau Seram. Ada surga tersembunyi bagi penyuka kegiatan snorkeling atau berenang di antara terumbu karang.

Atau malah untuk yang ingin lari dari keramaian, menyepi, honey moon.....
Tempatnya memang jauh dari keramaian,tidak ada tv, no wi-fi juga tapi (syukurlah) sudah ada sinyal hp (yang ada telkomsel dan excel)

Hamparan taman terumbu karang yang berwarna warni, air laut yang sangat bening, biru berkilauan tertimpa cahaya matahari, ikan-ikan bermain di sela-sela koral dan karang. Satu hal yang jarang ditemui ditempat lain : laut yang tenang, tanpa ombak, nyaris tanpa gelombang. Di sela-sela pohon bakau / mangrove, keluar mata air tawar yang berbaur dengan air laut. Ada air tawar di laut. It's amazing !




Air laut yang tenang dan jernih, terhampar menuju Ora Beach Resort
Ora Beach atau Pantai Ora terletak di Desa atau Negri (sebutan desa bagi orang Maluku) Saleman, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Pantai ini akan terlihat di sebelah kanan, bila kita dalam perjalanan menuju Negri Sawai. Lihat di Sawai, ikon keindahan Maluku

Hutan yang masih alami terlihat dibalik Ora Beach Resort
Untuk sampai ke sini, dari Pulau Ambon Maluku, melalui pelabuhan Amahai kita harus menyeberang ke Pelabuhan Tulehu di Pulau Seram (bagian Utara). Pantai Ora ini ada di tepi Pulau Seram Bagian Selatan.
Tersedia kapal cepat 'Cantika Anugrah', dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam antara dua pulau tersebut. Harga tiketnya adalah Rp. 100ribu untuk kelas ekonomi dan Rp. 150ribu untuk kelas VIP.


Perahu tertambat di samping dermaga Pantai Ora
Sesampainya di Pulau Seram, kita dapat mencari mobil sewaan / rentalan untuk menuju desa Saka Negeri Saleman di bibir pantai Seram Selatan, yaitu desa tempat berlabuh menuju Pantai Ora. Perjalanan dari Tulehu (di Utara) menuju Saka (di Selatan) ini jaraknya kurang lebih 85 km. Kita akan melewati Masohi (ibukota Kabupaten Maluku Tengah), dan juga hutan hujan Taman Nasional Manusela...

Sawai, ikon keindahan Maluku

Pernah dengar kata SAWAI? Saya juga belum, sampai saya menginjakkan kaki di sana...
Sawai ternyata nama suatu Negri atau desa di Maluku, tepatnya di Kecamatan Seram Utara, Pulau Seram.

Negri Sawai, jarang terdengar bila bicara tentang tempat-tempat wisata di Maluku. Apalagi tempat wisata di Indonesia. Bali? Semua orang sudah tahu. Gili Trawangan? Sudah sering terdengar. Tapi Sawai?...hanya sedikit orang tahu dan pernah berkunjung, padahal eksotisme dan keindahannya tidak kalah dengan tempat2 yang sudah sangat terkenal itu. Pantai yang luas dan tenang, dilindungi oleh teluk dan gugusan pulau-pulau karang yang menghalangi teluk dari hembusan angin laut. Air yang biru dan jernih, serta taman-taman laut serta ikannya yang berwarna-warni. 

Rumah-rumah terapung ciri khas pemukiman di Sawai

Negri Sawai terletak di Seram Utara, Pulau Seram yang merupakan pulau terbesar di Provinsi Maluku. Transportasi yang jarang, mengakibatkan lokasi ini cukup sulit dijangkau dari ibukota Maluku, Kota Ambon. Pada kesempatan berkunjung ke sana, pertama-tama kami harus menuju ke Kota Ambon, di Pulau Ambon yang dapat ditempuh dengan pesawat udara dari Jakarta (lama penerbangan + 4 jam dengan 1 kali transit), kemudian menyeberang ke Pulau Seram dengan kapal cepat yang memakan waktu 1,5 jam (dari Pelabuhan Tulehu di Pulau Ambon, menuju Pelabuhan Amahai di Seram Selatan), tarif kapal cepat ini Rp 100ribu reguler / Rp 150ribu yang VIP.


Pelabuhan Amahai di Seram Selatan, di latar belakang adalah Kapal  Cepat  Cantika Express, yang mengantar dari Pelabuhan Tulehu, Ambon


Perjalanan dilanjutkan melalui darat dengan mobil sewaan dari Kota Masohi, kami diantarkan ke Desa Saka di Seram Utara dengan lama perjalanan 3 jam (harga rental mobil jenis MPV Rp. 650ribu sekali jalan), melalui jalan-jalan di pegunungan yang berbelok-belok.

Selasa, 10 Juli 2012

Ambon Manise

"Mau ikut ke Ambon?" Suamiku menawarkan apakah aku tertarik untuk ikut, karena kebetulan dia akan pergi ke Ambon untuk urusan pekerjaan.


Ambon...? Wow...terbayang gugusan pulau-pulau eksotik di tengah-tengah perairan luas yang membentang antara Sulawesi dan Papua
Ya, aku mau ikut. Aku langsung browsing, searching....di internet ada apa di Ambon, ada apa di Maluku


Ambon, bisa berarti nama kota ibukota Provinsi Maluku, tapi Ambon juga bisa berarti nama pulau, tempat Kota Ambon berada. Sejauh yang aku temukan situs ini lumayan informatif mengenai obyek wisata di Ambon :

Ambon memang manise...kota berbukit yang langsung berhadapan dengan teluk ambon, memiliki pemandangan cantik di beberapa sudut kotanya. Sisa-sisa kerusuhan berunsur sara yang terjadi pada tahun 2000-an, sudah tidak ada bekasnya. Keinginan untuk rekonsiliasi terlihat jelas dengan terselenggaranya MTQ di bulan Juni lalu dengan sukses. Ambon saat ini sangat damai dan kondusif. Geliat perekonomian dan pulihnya wisata terlihat di berbagai penjuru kota.

Sayangnya karena keterbatasan waktu, tidak semua tempat bisa dikunjungi dan karena hujan yang turun terus menerus menghalangi kami untuk menjelajahi tempat-tempat  wisata tersebut dengan leluasa.

Namun beberapa spot menarik yang sempat kami datangi adalah :


  • Pantai Liang, di Pulau Ambon
Pantai Liang
  • Pantai Natsepa, di Pulau Ambon
Pantai Natsepa
Liputan lebih lengkap dapat dilihat di Menghabiskan Senja di Natsepa
Rujak Buah-buahan yang banyak terdapat di Pantai Natsepa

Sabtu, 07 Juli 2012

Canopi Safari di Taman Nasional Manusela, Seram

Bagaikan naik lift ke lantai 15, dan melihat pemandangan menakjubkan; hutan hujan tropis menghampar di depan mata!

Itulah yang saya bayangkan ketika mencoba Safari Kanopi (atap) hutan Taman Nasional Manusela Pulau Seram Maluku. Berada di ketinggian 45 meter di atas pohon, dan menikmati kerimbunan hutan dengan habitat hutan hujannya, it's amazing....

Canopy Safaris adalah salah satu pengalaman yang tidak boleh dilewatkan ketika mengunjungi Pulau Seram Maluku. Berada di kerimbunan hutan TN Manusela, start point dapat dilakukan dari penginapan yang dikelola pak Ali: Wisma Lisar Bahari di Desa Sawai Negeri Saleman. Dari sini kita memulai perjalanan dengan naik ojek (sepeda motor) menelusuri jalan desa yang sudah tidak beraspal lagi selama 30 menit, berhenti di tepi hutan di Dusun Masihulan, dilanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 15 menit. Berjalan di sela kerimbunan pohon, melewati jalan setapak yang semakin jauh ke dalam hutan semakin gelap. Hutan primer mulai nampak, ditandai dengan banyaknya pohon-pohon berukuran besar dengan diameter lebih dari 1 meter
Pohon besar yang akan dinaiki, tampak di atas; platform yang menjadi tujuan
Sejauh 45 meter dari tanah diantara cabang-cabang pohon yang lebar terdapat platform yang cukup luas, kira2 3×5 m2. Katanya platform atau rumah pohon  ini (lebih mirip teras karena tidak beratap) dibuat dengan biaya Rp20 juta. Wuihhh...mahal ya? Apa itu yang membuat harga paket safari ini jadi mahal untuk kebanyakan orang. Dengan harga mulai 1,2 juta paket akan lebih murah bila jumlah / orang/wisatawan bertambah, paling murah Rp 800rb/orang. Mungkin itu sebabnya sebagian besar hanya  wisatawan mancanegara/asing yang bisa mencoba safari ini.


Platform atau dek kayu di atas kanopi pohon hutan hujan Taman Nasional Manusela

Melihat banyaknya peralatan , tim pendukung berjumlah 13 orang yang merupakan penduduk lokal, dan semua persiapan yang dilakukan; tidak heran jika biaya operasionalnya menjadi mahal. 


Persiapan yang dilakukan untuk Canopy Safari

Hari sudah menjelang sore ketika kami tiba di kaki pohon Trembesi untuk melakukan Canopy Safari. Seluruh tim sibuk dengan tugasnya masing-masing melakukan persiapan untuk mengerek kami ke atas, 2-3 orang mempersiapkan tali-temali untuk Single Rope Techniques (SRT), 4-5 orang menaikkan tali ke atas pohon dan beberapa orang lainnya melalukan persiapan lain untuk memastikan segalanya berjalan lancar. Semua orang harus bekerja cepat karena mendung sudah menggelayut di langit, tanda sebentar lagi hujan lebat akan turun.


Dibutuhkan banyak orang untuk menarik kami sampai di atas pohon
Foto oleh S. Damar Jaya
Sebenarnya saya sedikit khawatir untuk melakukan pemanjatan ini. Pertama, pohonnya tinggiii...sekali; 45 meter, ini pohon tertinggi yang pernah saya naiki. Kedua saya bawa anak bungsu saya yang pada saat itu masih bayi 21 bulan; muncul kebingungan...apakah dia akan ditinggal di bawah sementara saya naik selama 2-3 jam. Saya takut dia nangis, atau rewel soalnya gak ada orang yang dia kenal di bawah. Tapi membawa bayi naik dengan tali? Wuihhh...resikonya itu, ngeri membayangkannya. Ketiga, walaupun saya sering keluar masuk hutan primer, tapi hutan ini sangat jauh letaknya dari Bandung; tempat tinggal saya. Kalau ada apa-apa gimana?

Akhirnya, bismillah...satu per satu, kami dikerek naik perlahan-lahan sampai ke kanopi (atap) pohon. Termasuk juga si bayi. Keyakinan bahwa semua akan baik2 saja melihat peralatan yang memenuhi standar, kerja tim yang cekatan dan ayahnya sendiri yang akan menggendongnya...membuat kekhawatiran saya perlahan-lahan memudar. Si bayi sendiri -Ima the explorer- terlihat menikmati petualangannya. 
Sama sekali gak terlihat ketakutan atau rewel di wajahnya. Dia senyum-senyum saja, padahal dia adalah anak terkecil yang pernah ikut Canopy Safari ini (sebelumnya yang paling kecil umur 5 tahun). 
Ima digendong ayahnya, naik ke puncak pohon.
Foto oleh : S. Damar Jaya
Setelah berdebar-debar naik ke puncak, akhirnya sampai juga ke  kanopi pohon
Foto oleh: S. Damar Jaya

Perjalanan yang panjang, dan semua hal yang telah dilalui, terbayar sudah pada saat menginjakkan kaki di platform atau dek kayu di atap pohon setinggi 45 meter ini. Semuanya hijau...sampai batas cakrawala dengan kabut tipis yang menyelimuti pegunungan Binaia di kejauhan, sejuk menyegarkan mata. 

Rasanya betah dan ingin berlama-lama di atas sini...sayangnya waktu tidak bisa kompromi. Karena kami tidak mengambil paket bermalam (terbayang kan kalau harus bermalam bersama bayi di puncak pohon?), maka tim pendukung mengingatkan kami untuk turun sebelum malam menjelang. 


Kerimbunan hutan dari kejauhan
Foto oleh S.Damar Jaya

Tajuk pohon di hutan hujan ini merupakan habitat bagi burung mata merah, betet kelapa, kakak tua, bahkan rangkong yang terkenal itu. Taman Nasional Manusela sendiri merupakan habitat bagi 117 jenis burung yang ada di Indonesia, 14 jenis diantaranya merupakan endemik (khas) kawasan ini yaitu burung Kesturi Ternate, Nuri Kepala Hitam, Kakaktua Seram, Raja Udang, Burung Madu Seram Besar dan Nuri Raja (sumber: www.dephut.go.id)


Burung-burung bisa diamati dari jarak sangat dekat
Foto oleh : S. Damar Jaya

Hujan deras tiba-tiba datang pada saat kami masih berada di dek atap pohon. Segera kru pendukung, memasang atap terpal untuk melindungi kami dari hujan. Untungnya minuman dan makanan kecil, sudah kami siapkan. Sambil menunggu hujan, kami ngemil dan menikmati bunyi-bunyian alam dari binatang-binatang hutan... komposer hebat ini tersembunyi, berlindung di balik lebatnya hutan Taman Nasional Manusela.

Untungnya hujan tidak lama kemudian berhenti. Disaat-saat terakhir diatas pohon, kami berkhayal;
andaikan dekat...
andaikan semua hutan di Indonesia seperti ini,...
andaikan semua tempat; damai...seperti di hutan ini...




Tersedia beberapa paket safari yang dapat kita pilih, info lebih lengkapnya : 

Klik link untuk safari di Kanopi hutan, atau safari tree tops: canopy safari
Atau hubungi pak Ali di 082 1111 811 37 (pengelola Penginapan Wisma Lisar Bahari, Sawai, Seram Utara)

Ditulis pada 12-04-13

Minggu, 10 Juni 2012

Kemping Yuuuk.....!


Sudah pernah kemping ?
Tahu gak serunya kemping?
Kemping atau berkemah di alam terbuka adalah salah satu cara untuk melarikan diri dari rutinitas, mengatasi kejenuhan, menyegarkan badan, mengakrabkan keluarga dan yang terpenting; mendekatkan diri dengan alam, mengajarkan untuk mencintai alam...

Yuk kita rencanakan:
  1. Mau dimana kita kemping? Cari daerah-daerah di alam terbuka yang deket2 rumah. Bumi perkemahan, perkebunan, tanah pertanian, hutan raya, taman wisata atau tanah kosong di dekat rumah juga bisa dijadikan tempat kemping
  2. Siapa saja yang akan ikut kemping? Rombongan anak muda, keluarga, bawa bayi/anak2 atau lansia akan mempengaruhi perlengkapan dan bekal yang harus kita bawa
  3. Berapa lama kita kemping? Harus diketahui untuk menentukan bekal yang kita bawa. Bila kemping keluarga, biasanya kemping selama 2-3 hari sudah cukup
  4. Kegiatan apa saja selama kemping. Ini juga menentukan alat permainan atau perlengkapan yang harus dibawa. Misalnya mau trekking ke perbukitan terdekat, mancing, main bola, bulu tangkis atau bahkan  berenang, jangan sampai ada yang ketinggalan
  5. Bagaimana kondisi cuaca di tempat kita kemping. Apakah tempat panas seperti pantai atau daerah dataran rendah. Atau di pegunungan dan tempat dingin lainnnya.

Nah 5 pertanyaan di atas adakah hal-hal utama yang haru kita tahu pada saat merencanakan kemping. Setelah tahu ini itunya...baru deh kita kita berangkat
Ranca Upas : Deretan pohon, hamparan rumput dan berjuta kubik oksigen segar, 
memanjakan mata, menyegarkan badan dan pikiran kita

Ranca Upas : Api unggun dinyalakan untuk mengusir hawa dingin di tempat kemping

Anak-anak berlari-larian menikmati tempat yang luas dan udara segar di Ranca Upas

Ngobrol sambil mengelilingi api unggun, mengakrabkan dan menghangatkan keluarga,
di Ranca Upas
Ranca Upas : Matahari menampakkan diri, sinarnya menerobos pepohonan di pagi hari

Di Bumi Perkemahan Ranca Upas, ada kolam pemancingan, kita bisa memancing

Ada rumah pohon, di Ranca Upas

Ada juga penangkaran Rusa di Ranca Upas, anak2 belajar mencintai binatang

Yang hobi berenang, bisa menikmati hangatnya air panas di 'Kampung Cai' Ranca Upas




LATEST POSTS