Sabtu, 07 Juli 2012

Canopi Safari di Taman Nasional Manusela, Seram

Bagaikan naik lift ke lantai 15, dan melihat pemandangan menakjubkan; hutan hujan tropis menghampar di depan mata!

Itulah yang saya bayangkan ketika mencoba Safari Kanopi (atap) hutan Taman Nasional Manusela Pulau Seram Maluku. Berada di ketinggian 45 meter di atas pohon, dan menikmati kerimbunan hutan dengan habitat hutan hujannya, it's amazing....

Canopy Safaris adalah salah satu pengalaman yang tidak boleh dilewatkan ketika mengunjungi Pulau Seram Maluku. Berada di kerimbunan hutan TN Manusela, start point dapat dilakukan dari penginapan yang dikelola pak Ali: Wisma Lisar Bahari di Desa Sawai Negeri Saleman. Dari sini kita memulai perjalanan dengan naik ojek (sepeda motor) menelusuri jalan desa yang sudah tidak beraspal lagi selama 30 menit, berhenti di tepi hutan di Dusun Masihulan, dilanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 15 menit. Berjalan di sela kerimbunan pohon, melewati jalan setapak yang semakin jauh ke dalam hutan semakin gelap. Hutan primer mulai nampak, ditandai dengan banyaknya pohon-pohon berukuran besar dengan diameter lebih dari 1 meter
Pohon besar yang akan dinaiki, tampak di atas; platform yang menjadi tujuan
Sejauh 45 meter dari tanah diantara cabang-cabang pohon yang lebar terdapat platform yang cukup luas, kira2 3×5 m2. Katanya platform atau rumah pohon  ini (lebih mirip teras karena tidak beratap) dibuat dengan biaya Rp20 juta. Wuihhh...mahal ya? Apa itu yang membuat harga paket safari ini jadi mahal untuk kebanyakan orang. Dengan harga mulai 1,2 juta paket akan lebih murah bila jumlah / orang/wisatawan bertambah, paling murah Rp 800rb/orang. Mungkin itu sebabnya sebagian besar hanya  wisatawan mancanegara/asing yang bisa mencoba safari ini.


Platform atau dek kayu di atas kanopi pohon hutan hujan Taman Nasional Manusela

Melihat banyaknya peralatan , tim pendukung berjumlah 13 orang yang merupakan penduduk lokal, dan semua persiapan yang dilakukan; tidak heran jika biaya operasionalnya menjadi mahal. 


Persiapan yang dilakukan untuk Canopy Safari

Hari sudah menjelang sore ketika kami tiba di kaki pohon Trembesi untuk melakukan Canopy Safari. Seluruh tim sibuk dengan tugasnya masing-masing melakukan persiapan untuk mengerek kami ke atas, 2-3 orang mempersiapkan tali-temali untuk Single Rope Techniques (SRT), 4-5 orang menaikkan tali ke atas pohon dan beberapa orang lainnya melalukan persiapan lain untuk memastikan segalanya berjalan lancar. Semua orang harus bekerja cepat karena mendung sudah menggelayut di langit, tanda sebentar lagi hujan lebat akan turun.


Dibutuhkan banyak orang untuk menarik kami sampai di atas pohon
Foto oleh S. Damar Jaya
Sebenarnya saya sedikit khawatir untuk melakukan pemanjatan ini. Pertama, pohonnya tinggiii...sekali; 45 meter, ini pohon tertinggi yang pernah saya naiki. Kedua saya bawa anak bungsu saya yang pada saat itu masih bayi 21 bulan; muncul kebingungan...apakah dia akan ditinggal di bawah sementara saya naik selama 2-3 jam. Saya takut dia nangis, atau rewel soalnya gak ada orang yang dia kenal di bawah. Tapi membawa bayi naik dengan tali? Wuihhh...resikonya itu, ngeri membayangkannya. Ketiga, walaupun saya sering keluar masuk hutan primer, tapi hutan ini sangat jauh letaknya dari Bandung; tempat tinggal saya. Kalau ada apa-apa gimana?

Akhirnya, bismillah...satu per satu, kami dikerek naik perlahan-lahan sampai ke kanopi (atap) pohon. Termasuk juga si bayi. Keyakinan bahwa semua akan baik2 saja melihat peralatan yang memenuhi standar, kerja tim yang cekatan dan ayahnya sendiri yang akan menggendongnya...membuat kekhawatiran saya perlahan-lahan memudar. Si bayi sendiri -Ima the explorer- terlihat menikmati petualangannya. 
Sama sekali gak terlihat ketakutan atau rewel di wajahnya. Dia senyum-senyum saja, padahal dia adalah anak terkecil yang pernah ikut Canopy Safari ini (sebelumnya yang paling kecil umur 5 tahun). 
Ima digendong ayahnya, naik ke puncak pohon.
Foto oleh : S. Damar Jaya
Setelah berdebar-debar naik ke puncak, akhirnya sampai juga ke  kanopi pohon
Foto oleh: S. Damar Jaya

Perjalanan yang panjang, dan semua hal yang telah dilalui, terbayar sudah pada saat menginjakkan kaki di platform atau dek kayu di atap pohon setinggi 45 meter ini. Semuanya hijau...sampai batas cakrawala dengan kabut tipis yang menyelimuti pegunungan Binaia di kejauhan, sejuk menyegarkan mata. 

Rasanya betah dan ingin berlama-lama di atas sini...sayangnya waktu tidak bisa kompromi. Karena kami tidak mengambil paket bermalam (terbayang kan kalau harus bermalam bersama bayi di puncak pohon?), maka tim pendukung mengingatkan kami untuk turun sebelum malam menjelang. 


Kerimbunan hutan dari kejauhan
Foto oleh S.Damar Jaya

Tajuk pohon di hutan hujan ini merupakan habitat bagi burung mata merah, betet kelapa, kakak tua, bahkan rangkong yang terkenal itu. Taman Nasional Manusela sendiri merupakan habitat bagi 117 jenis burung yang ada di Indonesia, 14 jenis diantaranya merupakan endemik (khas) kawasan ini yaitu burung Kesturi Ternate, Nuri Kepala Hitam, Kakaktua Seram, Raja Udang, Burung Madu Seram Besar dan Nuri Raja (sumber: www.dephut.go.id)


Burung-burung bisa diamati dari jarak sangat dekat
Foto oleh : S. Damar Jaya

Hujan deras tiba-tiba datang pada saat kami masih berada di dek atap pohon. Segera kru pendukung, memasang atap terpal untuk melindungi kami dari hujan. Untungnya minuman dan makanan kecil, sudah kami siapkan. Sambil menunggu hujan, kami ngemil dan menikmati bunyi-bunyian alam dari binatang-binatang hutan... komposer hebat ini tersembunyi, berlindung di balik lebatnya hutan Taman Nasional Manusela.

Untungnya hujan tidak lama kemudian berhenti. Disaat-saat terakhir diatas pohon, kami berkhayal;
andaikan dekat...
andaikan semua hutan di Indonesia seperti ini,...
andaikan semua tempat; damai...seperti di hutan ini...




Tersedia beberapa paket safari yang dapat kita pilih, info lebih lengkapnya : 

Klik link untuk safari di Kanopi hutan, atau safari tree tops: canopy safari
Atau hubungi pak Ali di 082 1111 811 37 (pengelola Penginapan Wisma Lisar Bahari, Sawai, Seram Utara)

Ditulis pada 12-04-13

3 komentar:

  1. Ima, the explorer, hebattt, kalah deh tante ;)
    bayanginnya Reefa yg digendong naik ayahnya nih mba hehehe ...

    senang membaca petualangannya mb ephi nih, ayooo yg ke Belitung ditulis jg mba, mau copas nih ;)

    BalasHapus
  2. Masa sih Tante kalah sama Ima...?
    Iya, kapan-kapan Reefa yang ke sini ya....

    Makasih udah mau mampir dan komen ;))
    Belitung, mudah2an bisa cepet ditulis.
    Nunggu waktu luang dan mood-nya muncul, ternyata....gak gampang! (he...he...banyak alesan ya)

    BalasHapus
  3. halo kak, bisa dibagi info nya atau tip2 nya untuk mengikuti adventure ini.. kami keluarga -- 2 adults yang sdh berumur dan 2 orang anak cewek, 23th dan 12 thn. sejak 5 tahun terakhir ingin sekali mencoba nya.

    BalasHapus

LATEST POSTS